Tudung lingkup atau Kain Duo adalah tradisi yang berasal dari percampuran budaya Tionghoa dan Arab di kota Jambi. Tradisi ini mengharuskan setiap perempuan yang keluar rumah, wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan budaya setempat. Penggunaannya yang hampir mirip dengan cadar atau burqa yang menutup seluruh tubuh.
Tradisi ini sudah ada di Kampung Tengah, Pelayangan, kota jambi sejak ratusan tahun lalu. Sebelum tahun 1960-an, anak-anak perempuan yang telah baligh atau mengalami menstruasi dilarang keras untuk keluar rumah atau dipingit, terutama pada siang hari, karna takut menjadi fitnah. Namun untuk urusan penting, anak-anak perempuan yang sudah baligh dan belum menikah diperbolehkan untuk keluar rumah, asal menggunakan pakaian yang sesuai dengan budaya setempat.
Seiring perkembangan jaman, tradisi ini lambat laun mulai ditinggalkan dan masih bertahan pada perempuan yang berusia sepuh atau dewasa, yang masih memegang teguh budaya tradisional. Untuk menjaga kelestarian budaya khas tersebut, Pemkot Jambi mulai menggalakkan kembali tradisi ini sebagai rangkaian kegiatan tahunan budaya di Kota Jambi.
Festival Tudung Lingkup di Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi juga diadakan untuk melestarikan budaya setempat. Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa Kemendikbudristek mendukung penuh
penyelenggaraan festival ini dalam rangka pelestarian budaya setempat. Kemendikbudristek menilai festival itu dapat membantu melestarikan budaya lokal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan budaya.
“Festival ini harus dilestarikan karena mengandung nilai yang sangat tinggi akan warisan budaya yang ada di Jambi, selain itu juga menampilkan berbagai tradisi yang sangat unik dan minim diketahui oleh
khalayak,” ujar Hilmar.
Dalam festival ini, perempuan yang mengenakan pakaian yang sesuai dengan budaya setempat akan menampilkan berbagai tradisi dan budaya khas Jambi, seperti tarian, musik, dan lain-lain. Festival ini juga diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya melestarikan budaya khas Jambi.
Penulis : Tiolin Mega Rafhita Manik, FKIP Unbari Program Studi Bahasa Inggris
Discussion about this post