Sirkulasi kekuasaan di kampus sering luput dari perhatian publik. Padahal praktiknya seringkali sangat politis. Akibatnya kampus menjadi sepi, dimana yang seharusnya selalu ramai, pada titik tertentu sangat memprihatinkan. Kaum akademis tercerabut dari akar idealismenya sebagai penjaga marwah republik dan benteng moralitas.
Suasana universitas menjadi tidak asyik, hubungan antar kolega diwarnai penuh curiga dan intrik. Karena peta kekuasaan kampus tiba -tiba terbentuk dan terbelah akibat saling mengklaim atas hak dari kebenarannya masing-masing. Agenda besar mahasiswa seringkali terabaikan, mahasiswanya kena imbas, Lalu, dimana akar persoalannya?
Universitas Batanghari (Unbari) Jambi adalah universitas swasta tertua di provinsi Jambi, dan sekarang masih nyaman di posisi terbaiknya di urutan nomor 1 kampus swasta terbaik se-provinsi. Namun, dimana seharusnya umur semakin tua dijadikan lebih baik, ini malah ingin menghancurkan demi kepentingan kekuasaan.
Menulis, karena saat ini di unbari itu sendiri, terjadi sebuah dualisme. Ada dua belah pihak yang saling mengklaim dalam kekuasaan kepemimpinan, pihak A mengaku benar dengan Hukum, Pihak B juga mengaku benar dengan hukum. Pertanyaan, terus mahasiswa harus mengikuti hukum yang mana?
Dengan tarikan nafas yang panjang, dualisme dalam kampus saat ini mungkin sudah dalam gambaran beberapa orang mahasiswa yang berpikir panjang, bahkan sebelum adanya pengklaiman itu. Namun pertanyaan yang muncul lagi saat ini, mengapa tidak bertindak sebelum itu terjadi seperti sekarang?
Kemudian lucunya, ada mahasiswi yang aku sayang bertanya padaku dengan polos. Apakah dualisme itu berbahaya? Dengan senyuman aku jawab oh tentu, ibaratkan saya sebagai mahasiswa Unbari ini, memiliki dua PJs rektor. Yang pertama menyuruh saya sebagai mahasiswa untuk menghadiri kelas secara luring (Fakta), yang kedua menyuruh saya sebagai mahasiswa untuk menghadiri kelas secara daring (Fakta), bingung bukan? Tentu kita akan memilih apa yang paling menguntungkan untuk kita, karena tidak adanya satu perintah itu pasti.
Dualisme yang terjadi saat ini tidak bisa dikambinghitamkan hanya mereka tidak memikirkan kepentingan mahasiswanya. Marilah kita renungi diri sendiri, sebagai mahasiswa/mahasiswi, sudahkah kita bersaksi kepada diri sendiri, untuk mensejahterakan kampus ini. Sudahkah kita berusaha untuk menghindari dualisme ini?
Untuk yang merasa bahwa dualisme yang terjadi sekarang ini tidak memiliki dampak, maka pikir secara panjang lagi. Dan semoga pikiran kita semua tercerahkan dengan terbuka hati dan memahami situasi.
*Penulis : Ihsan, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari (Unbari) Jambi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PSPBSI)
Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Patriotik dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke emailredaksipatriotik@gmail.com
Discussion about this post