Patriotik.co – Dalam rangka memperingati bulan bahasa ke 94, Himpunan mahasiswa (Hima) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PS-PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari (Unbari) Jambi menggelar penampilan seni teater dengan judul “Petang Di Taman” karya Iwan Simatupang, bertempat di gedung teater arena Taman Budaya Jambi (TBJ).
Dimana Petang di Taman adalah sebuah lakon yang mengangkat nilai-nilai eksistensialisme. Dimana pertemuan orang disebuah taman dengan persoalan pribadinya masing-masing yang bercerita tentang seorang lelaki setengah baya, atau penyair yang terdampar disebuah taman, dan bertemu dengan orang tua. Mereka memperkenalkan hal-hal sepele yang seharusnya tidak perlu didebatkan. Kemudian datanglah wanita semakin menguatkan absurditas manusia dan penjual balon yang menjadi korban tuduhan bertubi.
Disebuah taman entah dimana, terlihat ada seorang kakek yang duduk sendirian, lalu satu persatu bermunculan orang dan gaduh. Dua tokoh menggugat eksistensi diri. Taman sebagai ruang publik, ruang sosial bahkan mungkin sebagai antisosial. Para aktor hadir diawal pertunjukan tersebut dimulai mengisi panggung, seakan penonton diajak membaca lebih awal para pemain yang hadir dalam pementasan tersebut. Daya kejut nampaknya telah mereka bocorkan diawal.
Sutradara dalam pementasan tersebut Regi Ananda Winardo mengatakan naskah pementasan tersebut sudah di baca di waktu duduk bangku sekolah menengah atas (SMA) namun belum begitu paham, naskah tersebut lumayan rumit tetapi dia berharap penonton dapat mengerti akan maksud dari ceritanya.
“Memang naskah ini agak rumit, tapi saya coba. Semoga dimengerti oleh penonton,” ujarnya
Ia menambahkan bahwa sering mengajak mahasiswa untuk latihan teater guna meregenerasi aktor-aktor baru dan pada tahun ini pementasan dilakukan dengan aktor baru lagi.
“Saya lakukan ini karena memang lebih suka mengajak adik-adik untuk latihan teater,” katanya, Kamis (13/10).
Dia berharap dengan pementasan ini menjadi semangat untuk orang-orang yang ingin terjun ke dunia teater dan menyadari bahwa teater bukan sekedar senang-senang atau tertawa-tawa, tetapi bagaimana melatih ego, emosi, serta mental dengan kerja sama tim sesama aktor, tim produksi, dan pemusik.
“Kalau emosi kita tinggi ini nanti sakit hati dan tidak mau lagi ikut latihan ini pola-pola mengatur emosi. Makanya, saya ingin ini menjadi semangat untuk orang-orang yang ingin terjun ke teater,” harapnya.
Ketua Program Studi PS-PBSI sekaligus Pimpinan Produksi (Pimpro) Erlina Zahar mengatakan telah mendiskusikan bersama sutradara Regi Ananda bahwa untuk pementasan memiliki beberapa naskah yang menjadi pilihan untuk di tampilkan oleh sanggar sastra PS-PBSI, namun yang menjadi pilihan yaitu karya dari Iwan Simatupang yang berjudul Petang di Taman.
“Dari beberapa naskah yang ada, kami menjatuhkan pilihan kepada Petang di Taman karya Iwan Simatupang. Dimana menurut sutradara dari lakon ini menyatakan bahwa Petang di Taman mengedepankan konflik-konflik dari kejiwaan kehidupan manusia disebuah taman pada petang hari,” sampainya, Kamis (13/10).
Kemudian ia menambahkan bahwa satu dengan yang lainnya tidak saling berhubungan, dan konflik itu ada lucunya, ada unsur sekologinya, ada persoalan-persoalan keseharian dari kehidupan manusia yang akhirnya menjadi sebuah konfleksitas dan asumsi adalah asik untuk dinikmati oleh penikmat lakon, maka akhirnya dipilihlah itu.
“Untuk penyelenggaraan kegiatan ini latihannya memang cukup lama sudah dimulai dari bulan februari, hanya saja frekuensinya satu kali satu Minggu,” ujarnya.
Namun setelah dekat hari penampilan dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu karena sutradara kami juga sekarang sudah menjadi alumni dan langsung mengambil S2, jadi waktunya tidak cocok dan tidak samaan dengan mahasiswa yang akan melakon kan ini dari semester 3 akhirnya dilaksanakan ini di sore hari.
“Dan Alhamdulillah ini adalah lakon pertama dan perdana bagi mahasiswa semester 3 yang memang sama sekali belum pernah menjadi pelakon dan ini adalah pengalaman pertamanya dibawah sutradara Regi,” kata Erlina.
Disamping itu, ia juga dipercaya untuk menjadi Pimpro dari kegiatan tersebut dan mendorong kegiatan ini dengan segala upaya yang juga di bantu oleh dana kemahasiswaan Unbari, selain itu juga menjual tiket walaupun bukan sumber tujuan utamanya.
“Di pementasan pertama kami menggratiskan adik-adik dari panti asuhan untuk menghibur mereka. Dan Alhamdulillah juga setiap sesi 200 orang penonton dan pada malam puncaknya lebih dari 350 orang penonton,” sampainya.
Ia berharap ketika melaksanakan pementasan lagi untuk mengeksplor aktivitas atau potensi yang dimiliki oleh mahasiswa juga guna mempromosikan Unbari kepada masyarakat sekolah terutama siswa SMP, SMA, dan SMK yang akan membuat nama Unbari dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi pilihan studinya di perguruan tinggi.
“Antusias penonton meriah sekali, ada dari mahasiswa UIN, mahasiswa pasca sarjana Unbari, dan juga mahasiswa Unbari lainnya diluar Prodi PS-PBSI, dengan demikian nama Unbari bisa dipercaya masyarakat,” harapnya.
Seorang pemeran Ayi Cahyani hasanah juga mengatakan senang sekali terpilih menjadi aktris dalam pementasan tersebut, sebab banyak sekali teman-temannya yang ikut serta juga dalam pementasan.
“Kemaren ada pemilihan aktris dan juga banyak temen-temen saya yang ikut, saya sangat senang sekali bisa terpilih,” katanya, Kamis (13/10).
Ayu berharap pesan yang disampaikan dalam lakon tersebut dapat tersampaikan kepada penonton.
“Semoga pesan yang kami sampaikan kepada penonton itu dapat tersampaikan,” harapnya.
(Ria Syafrianti)
Discussion about this post