Patriotik.co – Usai diadakannya Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) Senin lalu secara Online, banyak mahasiswa bermasalah saat ingin memilih bahkan bingung untuk memilih karena hanya satu calon yang muncul.
Seperti disampaikan oleh mahasiswa Fakultas Teknik (FT) semester 6 Devid Efiandra Putra bahwa kita dipaksa untuk memilih kandidat tunggal, secara tidak langsung kita di paksa untuk memilih kandidat tersebut.
“Disini kita bukan memilih namanya tapi dipaksa untuk memilih karena tidak ada pilihan kotak kosong di dalam link tersebut,” sampainya, Selasa (16/02).
Ia juga menjelaskan bahwa hak suara sudah terpakai sebelum memilih didalam link yang sudah di sebarkan, sedangkan menu untuk pemilihan kandidat belum muncul.
“Ada tulisan terima kasih sudah menggunakan hak suara anda, saya bingung kapan saya memilih?,” tanyanya.
Hal serupa juga dialami oleh mahasiswa Fakultas Hukum (FH) semester 6 Bayu Pamungkas dimana ia belum memilih tapi di Link tertulis bahwa ia sudah memilih kandidat.
“Dan itu juga terjadi di beberapa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) saya,” jelasnya.
Ia juga kecewa sistem pemilihan yang menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (Nim) tetapi passwordnya menggunakan tanggal lahir masing-masing.
“Pribadi saya bertanya kenapa bukan password dari Sita yang di pakai, kan sudah ada sita seharusnya itu yang di pakai,” ujarnya.
Lain halnya dengan mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Bahasa Indonesia Widya Tri Rahayu bahkan tak bisa memilih karena tidak bisa masuk ke dalam link hingga berakhirnya pemilihan.
“Saya tidak milih karna saya tidak bisa masuk link, harusnya pihak Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPU-M) sudah mengantisipasi hal ini,” sampainya.
Ia juga mengatakan bahwa pemira tahun biasa saja, dan kurangnya sosialisasi dari KPU-M membuat mahasiswa bingung karena tidak tahu siapa kandidat yang akan mereka pilih.
“Kalo Pemira tahun kemaren banyak promosi, tidak seperti yang lalu, saya dan teman-teman bingung harus memilih siapa,” katanya.
Beda lagi dengan mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) Manajemen semester 12 Andini Bella Sari yang bahkan tidak mengetahui adanya pemilihan di hari senin lalu.
“Kalau soal pemilihan sama sekali nggak ada tapi kalau soal partai ada,” sampainya.
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Gupron menyampaikan bahwa pihak KPU-M memang meminta data mahasiswa dan sudah lama.
“Iya kemaren diminta data mahasiswa semester ganjil berupa Nama, Nim, dan Tempat Tanggal Lahir,” sampainya.
Ia juga menjelaskan mereka sempat meminta password Sistem Informasi Terpadu Akademik (Sita) tapi tidak ia tidak memberikannya, karena hal itu bisa kacau jika sistem tersebut dikasih kepada KPU-M.
“Pertama mereka minta password sita, tidak saya kasih karena nanti kacau data sita,” jelasnya.
Selain itu juga ia sempat memberitahu KPU-M kenapa tidak langsung saja seperti biasa, ia juga tidak suka pemilihan dilakukan seperti ini.
“Ini sangat rawan sistem seperti ini, sistem juga manusia yang megang semuanya bisa di kerjain tinggal mahasiswanya jujur atau tidak,” jelasnya.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPU-M) Deby Juanda mengaku bahwa dirinya memang meminta data pribadi mahasiswa kepada pihak BAAK, untuk pemilih dan akan dimasukkan kedalam sistem Pemira.
“Hal itu benar, karena awalnya mau minta password Sita tapi pihak Wr I Dan BAAK tidak memberikan karena bersifat rahasia, jadi saya hanya minta data pribadi mahasiswa aktif, jelasnya, Kamis, (17/02).
Kemudian, terkait suara mahasiswa yang terpakai padahal belum melakukan pemilihan dia menjelaskan dari pihak KPU-M tidak membocorkan data tersebut, pada saat pemilihan telah dibuka ada pengaduan mengenai hal tersebut dan langsung melapor kepada pihak BAAK.
“Pihak BAAK bilang tidak ada membocorkan hal itu, dan sebelumnya juga sudah saya pertegas bahwa tidak ada yang boleh membocorkan data mahasiswa,” katanya Deby.
Selain itu, banyak mahasiswa yang mengeluh karena tidak bisa masuk atau aksesnya terblokir kedalam sistem karena salah dalam memasukkan user dan passwordnya.
“Seperti saat memasukkan password (tanggal/bulan/tahun) harus pakai angka dan itu harus jelas, contoh 18/02/2001,” Jelas Deby.
Disisi lain, untuk sistem pemilihan kandidat melawan kotak kosong memang tidak bisa untuk memilih salah satu, seperti hanya memilih partai saja dan tidak memilih presiden maupun gubernur.
“Terkait hal itu kita kita memang harus memilih ketiganya walaupun tidak suka, jika tidak suka ya harus golput ketiganya, jadi tida bisa memilih salah satu saja,” ucapnya.
(Shandy Herlambang)
Discussion about this post