Patriotik.co – Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) Belum ada kejelasan dari petinggi mahasiswa maupun pihak birokrat Universitas Batanghari (Unbari). Padahal letak demokrasi mahasiswa menentukan Pemimpin Kampus, Presiden Mahasiswa tingkat Universitas dan Gubernur setingkat Fakultas dilingkup masing-masing sangatlah penting.
Mengingat selesainya masa jabatan Presiden Mahasiswa tersebut pada tanggal 08 Januari kemarin, tapi belum ada tanda-tanda serius untuk melaksanakan Pemira di tahun ini.
Apakah terjadi lagi keterlambatan Pemira di Tahun 2020 ? Menurut aturan Undang-undang Keluarga Besar Mahasiswa (UU KBM), seharusnya Pemira dilaksanakan setahun sekali untuk menggantikan Presiden dan jajarannya dalam pesta demokrasi mahasiswa.
Wakil Rektor (WR) III Bidang Kemahasiswa Sugihartono menyampaikan, sampai hari ini belum ada kejelasan dari presiden mahasiswa untuk melaksanakan Pemira maupun pembentukan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM).
“Cobalah KBM untuk duduk bersama dengan Presiden Mahasiswa mempertanyakan persiapan Pemira di tahun ini,” katanya selasa, (07/01/20).
Ia juga kecewa terhadap presiden mahasiswa sampai masa jabatannya selesai, apa yang di minta pihak WR III mengenai administrasi pasca pelantikan maupaun Surat Keputusan (SK) masa jabatannya nya tidak di arsipkan.
Lanjutnya, untuk KPUM yang lama sama hal nya tidak bertanggung jawab sampai hari ini untuk membentuk KPUM baru.
“Karena dalam melaksanakan pemira KPUM lama, presiden mahasiswa, Majelis Perwakilan Mahasiswa dan WR III untuk mempersiapkan KPUM baru untuk di tahun 2020,” ungkap Sugihartono.
Ketua Umum Seni dan Budaya Aek Ngalir Bagus mengatakan, ketika masa periode presiden mahasiswa selesai dari jabatannya, ini harus di siapkan Pelaksana Tugas (Plt) untuk mempersiapkan pemira tersebut.
“Karena harus dilaksanakan di tahun ini, itu sebagai bentuk pesta demokrasi mahasiswa untuk memilih pemimpin yang akan menjalankan roda organisasi kemahasiswaan di kampus Unbari,” jelasnya.
Selain itu, ketika tidak adanya Pemira pada tahun ini akan terjadi sistem mahasiswa menjadi mati suri kembali, sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Lantas bagaimana mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi kepada pihak birokrasi kampus ketika sosok pemimpin mahasiswa disebut presiden mahasiswa tidak ada.
“Karena presiden mahasiswa ini sebagai bentuk penyambung lindah mahasiswa ke pihak birokrasi kampus atas kebijakan yang merugikan mahasiswa nantinya,” ungkap Mahasiswa Fakultas Teknik.
Sama halnya, mahasiswa Fakultas Teknik, Prodi Teknik Lingkungan Wawan menyampaikan, bahwa tahun ini Pemira harus segera dilaksanakan sebagai bentuk demokrasi mahasiswa untuk memilih sosok pemimpin di kalangan mahasiswa nantinya.
Lanjutnya, ketika presiden mahasiswa tidak ada, maka roda organisasi internal kampus akan jalan ditempat. Salah satu nya kegiatan mahasiswa akan terganggu, dan hal ini Sangat di sayangi karena kegiatan mahasiswa merupakan penunjang akreditasi kampus.
“Bukan hanya saya sendiri yang merindukan pesta demokrasi kampus, mahasiswa se-Unbari raya juga menunggu untuk melihat pemimpin presiden mahasiswa kedepannya yang akan membawa perubahan lebih baik lagi,” harapnya.
Sekretaris Jendral Abu Sopyan menjelaskan, ketika dalam waktu dekat ini belum juga nampak proges yang jelas untuk pemira, banyak yang dirugikan oleh teman-teman organisasi internal kampus. Karena setiap mengajukan kegiatan sangat lah sulit pastinya, lantas yang menyetujui dalam satu periode ini yaitu presiden mahasiswa.
“Bahwa ketika terjadi kevakuman dalam organisasi BEM siapa yang akan bertanggung untuk menanggulangi itu semua. Itu semua sangatlah merugikan organisasi internal kampus,” katanya.
(Wahyu Jati)
Discussion about this post