/1/
Penulis/Karya : Diva Ananda
Sumber Foto : Diva Ananda
Dengan serapah kau sapa pagi,
duduklah di kursi sembari penuh cinta memandang istri,
menelan beberapa gumpalan nasi,
lalu kembali mengais rezeki.
Walau melalui jalan tikus, siapa yang perduli?
Toh, nikmati saja hidup sendiri, nanti juga mati
Sialan, siapa yang hidup begini?
Bukalah koran yang menampang wajahmu paling suci,
bacalah: Panduan Menjadi Manusia
Bajingan, siapa yang baca ini?
Nyatanya Setan perduli,
terus kau baca, sampai kau temui,
Manusia menepati apa yang ia kehendaki.
Tidakkah kau merasa buruk ketika yang kau kotori
adalah dirimu sendiri?
Kau temui lagi, di pojok kiri,
Manusia tidak tamak, serakah, apalagi makan hasil mencuri.
Iblis, dewasa ini, mengapa tak mencoba lebih lagi?
Manusia tahu kapan berhenti,
ia tak mau melebihi apa yang diberi,
ia cukup pada-
Persetan, jika memang diberi,
Apa salahnya sedikit memperkaya diri?
Penuh emosi, kau buang koran ke sisi kiri kursi,
Kau kecup anak istri sepenuh hati,
Tanpa kau baca panduan terakhir di baris paling akhir.
Manusia tidak bodoh, Setan ambil bagian ini.
(Kota Jambi, 01 Maret 2023)
Penulis : Diva Ananda, Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Batanghari (Unbari) Jambi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PSBSI)
Discussion about this post