Patriotik.co – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Gema Cipta Persada (Gitasada) Universitas Batanghari (Unbari) melaksanakan kegiatan penanaman pohon mangrove di Dusun Makmur RT 15, Kuala Tungkal 1, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada Minggu (22/6).
Kegiatan ini mengusung tema “Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Melalui Penanaman Mangrove” dan diikuti oleh sekitar 60 peserta. Mereka terdiri dari anggota Mapala Gitasada, Mapala Pamsaka Kuala Tungkal, serta masyarakat sekitar yang turut mendukung aksi pelestarian lingkungan tersebut.
Ketua pelaksana kegiatan, M. Nanda Pratama, menjelaskan bahwa penanaman mangrove ini bertujuan untuk mengatasi kerusakan lingkungan pesisir yang semakin mengkhawatirkan.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperlambat pengikisan tanah di pesisir Dusun Makmur, serta merehabilitasi pohon-pohon mangrove yang sudah hampir punah di sana,” ujar Nanda.
Ia menyampaikan bahwa pemilihan lokasi di Dusun Makmur dilakukan karena kawasan tersebut mengalami kerusakan ekosistem cukup parah.
“Di lokasi itu, ada satu titik yang memang pohon mangrovenya hampir tidak ada lagi. Sudah gundul. Maka kami fokuskan penanaman di sana,” lanjutnya.
Nanda juga berharap agar kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kawasan pesisir.
“Harapannya, masyarakat bisa lebih peduli. Karena mangrove berfungsi mengurangi abrasi. Jika tidak dijaga, yang rugi adalah warga sendiri,” katanya.

Sementara itu, Ketua Mapala Gitasada, Zamnum Al Fikry, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan aksi nyata pertama yang dilakukan organisasinya dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup.
“Biasanya kami hanya mengadakan seminar atau edukasi. Tapi tahun ini berbeda, kami turun langsung ke lapangan untuk menanam mangrove,” jelas Zamnum.
Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan kegiatan semacam ini, mengingat tingkat keberhasilan hidup tanaman mangrove yang cukup rendah.
“Tanaman mangrove itu tingkat hidupnya hanya sekitar 10 sampai 20 persen dari jumlah yang ditanam. Jadi kalau kita tanam 1.500, mungkin hanya 300 yang bertahan. Itu pun sudah bagus. Maka kegiatan ini harus berkelanjutan, tidak cukup sekali,” tegasnya.
Zamnum menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan bentuk kolaborasi dengan Mapala Pamsaka yang berada di Kuala Tungkal. Mereka membantu dalam berbagai persiapan teknis seperti penyediaan bibit dan lokasi.
“Meski inisiasinya dari Mapala Gitasada, kami bekerja sama dengan Mapala Pamsaka. Mereka membantu informasi lokasi, menyiapkan tempat singgah, bahkan logistik. Jadi bisa dibilang ini bentuk kolaborasi antar Mapala,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup memang rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Mapala Gitasada, namun sebelumnya hanya dalam bentuk edukasi.
“Kegiatan lingkungan memang rutin tiap tahun. Tapi aksi nyata yang turun langsung ke lapangan baru bisa terlaksana tahun ini. Itu yang membedakan dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Zamnum menyampaikan harapannya agar kegiatan seperti ini tidak berhenti di generasinya, melainkan terus dilanjutkan oleh penerus organisasi dan komunitas lainnya.
“Semoga ini bisa menjadi pemicu bagi kawan-kawan Mapala maupun organisasi lain untuk menjaga lingkungan dengan aksi nyata, bukan sekadar wacana. Semakin banyak yang terlibat, semakin besar dampaknya,” tutupnya.
Penulis : Salsabilla (Anggota Muda)
Discussion about this post