Penting kita memahami bahwa mahasiswa itu adalah kumpulan otak, bukan kumpulan dengkul. Jadi, kita paham, kalau ada mahasiswa yang terbujuk oleh kekuasaan maka artinya dia tidak mempunyai otak.
Intelektualitas mahasiswa tidak akan mudah untuk digadaikan kepada kekuasaan. Sebab, sejarah membuktikan, bahwa lahirnya bangsa Indonesia antara lain diisi oleh perjuangan kaum muda.
Karena, tidak mungkin otak mahasiswa itu dikuasai oleh kekuasaan, karena kita tahu bahwa daya tahan bangsa ini ada pada kalangan mahasiswa.
Seperti Sumpah Pemuda, di mana para mahasiswa yang ada di Belanda membentuk Perhimpunan Indonesia (PI), lalu menyebarkan pamflet-pamflet kritik terhadap kolonialisme kala itu, meski dengan segala keterbatasan. Walaupun tiga bulan baru sampai (pamflet-pamflet) karena mesti menggunakan kapal laut. Tapi inspirasi itu selalu datang dari sejarah.
Dan berfikir dengan logika yang lurus, disebabkan logika itu penting sejak abad pertama, Bukan hanya abad 21, karena ilmu pengetahuan selalu membutuhkan lawan pikir. Nah, logika itu mengaktifkan lawan pikiran, jadi, kita katakan sesuatu itu logis jika dia tidak bertentangan didalam dalil, didalam asumsi-asumsi.
Tapi kebanyakan Universitas sekarang entah itu skripsi, tesis dan disertasi itu isinya kontradiksi. Bukan karena diaktifkan kontradiksinya tapi karena tidak diteliti fesesnya. Jadi fungsi logika adalah detective faulty argument.
Saya menganggap Universitas Batanghari Jambi sebagai Universitas yang memiliki naluri dan nurani, artinya Universitas yang juga membela konstitusi negara. Konstitusi kita mengatakan “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Cara paling tepat untuk mencerdaskan bangsa adalah dengan mengaktifkan logika. Para pendiri bangsa kita itu logikanya kuat, sehingga saat mereka berdebat sangat bermutu.
Saya tetap anggap kampus itu adalah sumber pertukaran pikiran. Pikiran hanya disebut pikiran, kalau dia bisa di pertengkarkan, jadi saya katakan, saya berpikir kalau ada orang yang menggugat pikiran saya dan saya larang orang itu menggugat pikiran saya, itu artinya saya tidak berpikir tapi sedang berdoa.
Logika memiliki fungsi untuk mengganggu kebenaran yang dianggap final dan mempertanyakan ulang asumsi-asumsi pengetahuan.
Mahasiswa di kampus menggelengkan kepala kepada dosen, sebagai upaya menciptakan dialektika dan mengoreksi kurangnya wawasan sang dosen. Agar sang dosen tidak hanya menindas mahasiswa lewat materi-materi perkuliahan yang bejibun, namun tidak ada dialektika. Maka terjadi pemahaman prematur di alam nyata.
Berpikir kritis adalah argumentasi dalam ruang dialogis dan terbuka terhadap kritik. Namun Ironisnya, hari-hari ini orang mengidap perlawanan terhadap kritik.
Pikiran itu harus diekspor terus menerus setiap hari. Gerakan mahasiswa itu bukan gerakan massa, namun gerakan intelektual.
Bernalar yang keliru (logical fallacy) adalah hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi pikiran kritis. Bernalar yang keliru pertama-tama terjadi karena alur pikiran yang tidak sesuai dengan pakem logika, selain itu bernalar yang keliru juga dapat terjadi karena gangguan kognisi pada mental seseorang.
Gangguan kognisi bisa terjadi karena nalar tidak lagi dipimpin oleh pikiran melainkan oleh keinginan. Dengan kata lain, logika tidak lagi beroperasi dan bias kognisi telah mendominasi.
Logika dan kontrol terhadap bias kognisi adalah hal yang dapat dipelajari, namun ada situasi dimana seseorang malas untuk mengambil risiko dan mengambil jalan pintas pada believe.
Artinya, seseorang tidak lagi mengandalkan penalaran tetapi memilih untuk melandaskan argumennya pada fundamen-fundamen tertentu seperti metafisik, teologis dan kultural.
Dari rahim siapapun mereka, setiap bayi yang lahir sama tanpa membawa apa-apa. Artinya, kitalah yang menentukan proses kehidupan yang kita jalani.
Membangun nalar kritis itu sangat penting, jika sudah hilang nalar kritis mahasiswa, maka hilang kemerdekaan kita sebagai kodrat manusia, terimakasih.
*Penulis : Irwanda Naufal Idris (Pemantik Jurnal Mahasiswa Vol 1), Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Semester 4 Universitas Batanghari (Unbari) Jambi
Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Patriotik dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke emailredaksipatriotik@gmail.com
Discussion about this post