Mahasiswa ini tersesat dijalan yang benar, lalu memilih melarikan diri ke utara, sa’at malam kelam itu tiba, si kelabu monyet pasti datang, memburu dan menembaki kami, kami adalah binatang malam, yang sedang membicarakan terang.
Rasa tidak akan pernah bisa dibayar, karena menyangkut cinta, bumi dan seisinya, rasa bukan data, yang bisa dipindah tangankan, bukan barang, yang bisa diperjual belikan, dan bukan hubungan yang berujung dengan penghianatan yang laris bila dipertontonkan.
Dalam pikiranku yang sedikit sempoyongan, mungkin karena diglontori hayalan – hayalan itu, dan brengseknya, hayalan itu mampu menyatukan generasi muda dalam semangat onani masal dirumah, karena bercinta bukan pilihan, hasrat kita di LOCK DOWN hingga di PPKMkan dengan bebagai alasan yang tidak ada kepastian, namun program onani masal dirumah masing – masing ini sangat digemari oleh mereka, sehingga semangat itu tersebar merata sampai ke pelosok desa ditanah lendir kita, keberhasilan ini mampu mengalahkan program besar merdeka belajar itu, bagi kami yg tersesat, ini adalah program yang sekarat.
Sekarat karna program itu hanya mampu menjangkau jari – jari kecil nakal mereka, bukan mimpi – mimpi nya, apalagi untuk merdeka belajar, bagi mereka yang yang tersesat dijalan yang benar, program itu adalah mimpi yang menyedihkan.
Aplikasi PVN yang merobohkan angkuh dinding kemaksiatan, ternyata ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang bergerombol dibenak saya, dia memberikan jalan berliku bagi mereka yang harus diam dan menerima kekalahan dengan sukarela. Aplikasi itu mampu menjalin hubungan bilateral yang baik antar negara di dunia tanpa harus benci amerika dan cina, kekompakkan generasi muda dan generasi tua bangka, marilah teman kita kembali ke negara dunia, dan menjadi warga negara dunia.
Hayalan itu bergulir dalam vidio visual yang bermodalkan kejujuran, pemahaman, pendalaman dan ketekunan dari wanita – wanita hebat itu, ia memerankan peranan yang sederhana, harus jujur dengan gerak tubuh yang sedikit malu – malu untuk menggeliat ke 4 arah mata angin di belahan bumi jepang sana, gerakan itu diiringi dengan suara – suara sayu, tanpa kata – kata rumit, tanpa bahasa – bahasalangit, dan tidak mempersulit, seperti ingin mengurus beasiswa.
Namun kawan, keindahan palsu realitas hidup ini lengkap, dari yang menyangkut kesedihan yang di nikmati, hingga memikmati kematian yang disedih – sedihkan, begitupun do’a dan harapan indah yang sekaligus menakutkan, berminyak dan berkeringat lalu beriringan mencari jalan keluar dari labirin gulita kesalahan yang ditutup – tutupkan, lalu dilacurkan dengan kegembiraan dan kemenangan palsu yang menyedihkan, indah.
Tenanglah, tulisan ini dipersembahkan untuk diriku sendiri, di tulis oleh makhluk penghancur bumi diriku sendiri, angkuh dan paling mulia sebagai binatang yang dianggap (berakal) oleh dirinya sendiri, benar diriku sendiri.
*Penulis : Irwanda Naufal Idris, Mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Batanghari (Unbari) Jambi
Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Patriotik dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke emailredaksipatriotik@gmail.com
Discussion about this post