Adanya pergantian presiden di Suriah yang sebelumnya dipimpin oleh Hafez Al Assad, yang kemudian diambil alih oleh Presiden Bashar Al Assad, terjadi banyak perubahan gaya kepemimpinan. Presiden Bashar Al Assad dikenal dengan diktator yang bisa mereformasi serta menjaga kedamaian negara Suriah. Akan tetapi, ironisnya sebagai dampak dari keputusan reformasi tersebut terdapat beberapa faktor yang muncul dan berdampak pada konflik Suriah yang berlanjut.
Konflik Suriah bukan hanya perang yang bertujuan untuk menjatuhkan sebuah rezim saja, tetapi juga adanya keterlibatan kelompok teroris ekstrim. Adanya kelompok ekstrim serta banyaknya volunteer dari berbagai negara yang ikut bergabung dengan kelompok tersebut sehingga banyak negara yang melakukan intervensi dengan mengatasnamakan “War on Terror”.
Konflik Suriah yang terjadi antara Presiden Bashar Al Assad dan pihak oposisi serta kelompok pemberontak bersenjata menyebabkan adanya intervensi dari berbagai pihak, salah satunya negara Rusia. Negara tersebut mengambil sikap pro kepada pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad. Alasan utama bagi Rusia adalah membantu menyelamatkan pemerintahan Bashar Al Assad. Hal itu bertujuan agar Suriah dapat menyelesaikan konflik internalnya sendiri sehingga dapat mengembalikan kedaulatan suriah.
Suriah dan Rusia memiliki hubungan bilateral yang cukup baik, selain di bidang militer, kerja sama juga terjadi di bidang perdagangan ditandandai dengan terdapat pangkalan laut Rusia di Suriah.
Hal itu adalah perwujudan dari bentuk kepentingan Rusia yang sangat berkaitan dengan keamanannya baik dari segi ekonomi maupun militer. Intervensi Rusia di Suriah bertujuan untuk mempertahankan pendapatan perekonomiannya. Adanya bantuan Rusia ke Suriah, Rusia akan mendapatkan izin untuk membangun kembali pelabuhan militer Tartrus di Suriah, mengingat Rusia sering menggunakan Suriah sebagai salah satu jalur perdagangannya, terutama alutsista ke negara Arab dan Afrika. Selain itu, alasan Rusia mengirimkan bantuan ke Suriah adalah banyak warga Rusia yang ikut bergabung dengan kelompok teroris yang ada di Suriah, terutama kelompok Chenchen. Rusia juga melakukan investasi dalam jalur pipa gas yang hasilnya akan dijual di Pasar Eropa. Suriah merupakan salah satu negara yang wilayahnya terdapat jalur pipa gas tersebut.
Adanya konflik di Suriah, ekspor di bidang militer dari Rusia ke Suriah semakin meningkat, khususnya alutsista. Rusia mendukung penuh setiap kebijakan dari pemerintah Bashar Al Assad membuktikan bahwa Rusia dan Suriah mempunyai kedekatan. Contohnya saat suriah sedang mengalami konflik, Suriah menjadi penghubung ke Rusia untuk pembelian alutsista.
Selain dukungan dana dan mengirimkan peralatan militer ke Suriah, saat Suriah diberikan sanksi oleh PBB, Rusia mendukung penuh dengan penolakan. Akan tetapi, sikap Rusia yang mendukung pemerintah Bashar Al Assad dalam sidang Dewan Keamanan PBB dengan menggunakan hak veto agar Bashar Al Assad tidak diberikan sanksi oleh PBB berdampak terhadap kondisi politik internasional sehingga mengalami ketegangan.
Ketegangan tersebut antara Rusia, Amerika Serikat, dan sekutunya. Sidang PBB terhadap konflik di Suriah tersebut tidak membuahkan hasil bahkan justru menemui jalan buntu sehingga berdampak pada konflik Suriah yang menjadi medan perang bagi aktor-aktor internasional dalam mencapai kepentingannya, yaitu menguasai sektor jalur pipa internasional.
Rusia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengerahkan kekuatan militernya dalam intervensi dan keterlibatannya di konflik Suriah. Hal itu terjadi bukan tanpa alasan, tetapi karena pihak lawan yang dihadapi Rusia adalah pihak yang didukung oleh negara-negara besar yang juga mempunyai kekuatan militer kuat. Selain itu, Rusia menginginkan menjadi single power dan pemeran utama dalam mengamankan jalur pipa gas yang selama ini telah terbukti berhasil mendongkrak perekonomian Rusia itu sendiri.
Bagi Rusia, Suriah adalah pasar yang penting dalam bidang industri militer. Selain itu, 73% beban hutang ke Uni Soviet masih ditanggung Suriah hingga saat ini. Suriah juga merupakan satu-satunya negara di Timur Tengah yang menjadi rumah bagi pangkalan laut Rusia. Suriah telah dianggap Rusia sebagai buffer zone atau aliansi terpentingnya di kawasan Timur Tengah. Membantu menyelamatkan rezim Bashar Al Assad sangat penting bagi Rusia karena kemungkinan akan berdampak terhadap kebijakan yang sudah ada serta hal yang semakin buruk yang akan terjadi adalah perluasan pengaruh Amerika Serikat di Timur Tengah sehingga hilangnya pengaruh Rusia, khususnya di Suriah.
*Penulis : Jimy Rahmat Hidayah, Fakultas Hukum (FH) Semester 5 Program Studi Ilmu Politik Universitas Jambi
Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Patriotik dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke emailredaksipatriotik@gmail.com
Discussion about this post