Patriotik.co – Wacana Kampus Universitas Jambi (Unja), untuk integrasi enam fakultas yang akan dikeluarkan melalui keputusan Rektor Unja, menuai protes dari mahasiswa di kampus itu sendiri. Pasalnya kebijakan ini dianggap akan merugikan mahasiswa. Wacana ini diketahui seiring beredarnya surat berkop Unja dengan perihal Keputusan Rektor terkait kebijakan di kalangan mahasiswa. Namun, surat itu belum bernomor dan belum ditandatangani oleh Rektor.
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unja, Reza Multholib, saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp menyampaikan, bahwa dirinya sangat tidak setuju dengan adanya peleburan enam fakultas tersebut, karena ia menilai, akibat dari kebijakan ini nantinya akan banyak kerugian yang bakal ditanggung oleh mahasiswa.
Pertama yang akan dirasakan mahasiswa, menurut Reza adalah ketidaknyamanan dalam perkuliahan apabila dipindahkan dari kampus Unja di Mendalo ke Kampus Buluran. Karena dengan jumlah mahasiswa FKM yang tidak sedikit, Reza khawatir jika dipindahkan ke kampus Unja yang di Buluran akan terjadi over kapasitas, jika disatukan kembali bersama mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
“Kemudian kerugian kedua yang kami rasakan nantinya adalah pada sistem administrasi kampus yang kami rasa saat ini, sudah sangat baik di bandingkan di beberapa fakultas di Unja. Bukan hanya itu, beberapa organisasi yang telah kami bentuk pun ikut hancur. Maka dari itu saya mewakili suara rekan-,rekan saya menyatakan tidak setuju atas adanya keputusan tersebut,” tegasnya, Minggu (19/4).
“Tak apa lah walaupun fakultas kami hanya di akui oleh Surat Keputusan (SK) Rektor, yang penting pengalaman pahit yang pernah di rasakan senior terdahulu tidak terjadi ataupun terulang kembali. Tak ada yang boleh merebut, merobek rasa kenyamanan kami,” tambah Reza.
Dirinya berharap, semoga Petinggi Fakultas di Unja dalam rapat Senat nanti tidak ada yang menyetujui hal tersebut, karena keputusan tersebut dapat berakibat buruk bagi mahasiswa yang fakultasnya akan dileburkan.
“Namun apabila hasil rapat Senat Universitas tidak sesuai yang kita harapkan maka pergerakan mahasiswa lah yang akan mendobrak hal itu,” ungkapnya.
Tidak hanya Reza, Mahasiswa FIB Unja, M. Indra Santoso juga merasa keberatan atas wacana peleburan beberapa fakultan yang ada di Unja, termasuk FIB yang direncanakan lebur ke fakultas Kegururua Ilmu Pengetahuan (FKIP), yang dianggap tidak sesuai tempatnya. Selain itu, menurutnya FIB Unja adalah satu-satunya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang ada di Jambi.
“Kami sudah banyak mencoba mengangkat sejarah, seni maupun budaya yang ada di Jambi sesuai dengan kajian kami. Seharusnya dipertahankan, bukan malah dihapuskan, kalau FIB tidak ada lagi, kami kehilangan wadah untuk belajar. Maka tidak sesuai dengan basis keilmuan, toh untuk lulusan atau gelar juga bisa berubah, kan tidak lucu lulusan Arkeologi tapi keluaran dari FKIP,” jelasnya, Minggu (19/4).
M. Indra menerangkan, bagaimanapun peleburan fakultas itu jadi satu birokrasi, akan bisa lebih baik dan bisa jadi lebih buruk. Dia menilai, dari nama fakultas aja sudah berbeda, FKIP yang notabenenya pendidikan, sementara FIB non pendidikan. Menurutnya FIB adalah ilmu murni.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Jambi, Ardy Irawan, saat dihubungi memprediksikan, perubahan tetap akan terjadi. Namun dirinya berharap keputusan yang diambil tidak mempersulit mahasiswa. Pada dasarnya, apapun keputusan Rektor, seharusnya membawa dampak kemudahan bagi mahasiswa.
“Saat ini kita sedang melakukan analisis terlebih dahulu terhadap perubahan tersebut,” singkatnya.
Sementara itu Rektor Unja, Prof. Sutrisno, saat dikonfirmasi, memebenarkan ada wacana peleburan beberapa fakultas di Unja. Dirinya mengungkapkan, bahwa wacana tersebut masih akan dibawa dalam sebuah rapat pimpinan.
“Keputusan rektor ini masih akan dibahas di rapat pimpinan, kemudian lebih lanjut ke rapat senat,” katanya, Senin (20/04).
Adapun fakultas yang diintegrasikan tersebut yakni, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).
FIB dan FIK akan dilebur ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan (FKIP), sedangkan FT ke Fakultas Saintek. Lalu FTP ke Fakultas Pertanian, FKM ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan serta Fisipol ke Fakultas Hukum.
Terkait tanggapan beberapa mahasiswa yang tidak setuju dengan wacana keputusan tersebut karena dianggap akan merugikan mahasiswa, Rektor mengatakan, bahwa kekecewaan mahasiswa sangat dimaklumi. Namun, katanya, hal ini tidak cukup jika hanya disikapi dengan kekecewaan saja.
“FKM bila lulus yang menandatangani ijazah adalah Dekan FKIK, Fakultas Ilmu Budaya yang menandatangani ijazah bila lulus adalah Dekan FKIP. Nah.. tidak mungkin menduduki dekan tidak dibayar dan tidak dibolehkan menggunakan fasilitas negara, misalnya mobil dinas dan lain lain,” paparnya.
Dia menambahkan, kepindahan fakultas tidak mempengaruhi capaian pembelajaran dari program studi yang diambil. Semua program study akan tetap sesuai dengan kurikulum yang telah disusun. Justru, Rektor Unja menilai, yang harus dikejar adalah pemenuhan penyelenggaraan pendidikan yang terstandar, sesuai dengan Undang-undang.
“Tetap semangat untuk kuliah sesuai standar, lulus dengan baik, dan mendapatkan pekerjaan sesuai yang diharapkan. Perlu dipikirkan akses apa saja yang dapat menjadi hambatan untuk berkomunikasi dengan dekanat, dan hambatan apa saja yang harus diatasi,” tutur Rektor.
(Wahyu Jati)
Discussion about this post