Patriotik.co – Kembali macetnya Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) di Universitas Batanghari (Unbari) tampaknya mulai dirasakan mahasiswa yang aktif di Organisasi. Pasalnya, sistem dan dinamika kampus tak berjalan baik. Meskipun pada tahun-tahun sebelumnya mengalami kemoloran, namun sama dengan tahun 2020 ini.
Padahal letak demokrasi mahasiswa menentukan Pemimpin Kampus, Presiden Mahasiswa (Presma) tingkat Universitas dan Gubernur setingkat Fakultas dilingkup masing-masing sangatlah penting.
Belum ada persiapan sampai hari ini untuk merancang pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Universitas maupun Fakultas, malah Pihak Majelis Perwakilan Mahasiswa (MPM) mengeluarkan perpanjangan Surat Keputusan (SK) bagi Presma dan Gubernur Fakultas masing-masing.
Tapi bentuk SK itu tidak terlihat sampai hari ini, sempat menghubungi pihak kemahasiswaan belum ada arsip secara legalitas di terimanya.
Menurut aturan, seharusnya Pemira dilakukan setahun sekali untuk menggantikan Presma dan jajarannya dalam Pesta Demokrasi Mahasiswa yang tertera di undang-udang Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) yang ditetapkan pada tahun 2019 lalu.
Mahasiswa seharusnya memegang kendali untuk mengawal jalannya pesta demokrasi di Kampus. Apakah mahasiswa yang hidup di zaman minenial seperti sekarang ini, acu dan apatis terhadap kehidupan kampus?
Peran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan perwakilan dari seluruh mahasiswa ketika melihat tidak adanya keadilan di dalam kampus. Ketika mahasiswa ingin menyampaikan keluhan dan aspirasinya, kepada siapa mereka ngadu, agar suara-suara mereka didengar oleh pihak Rektorat.
Presiden BEM merupakan penyambung lidah bagi mahasiswa. Kampus Unbari saat ini, kondisinya pincang sebelah bahwa tidak bisa bergerak sama sekali atau lumpuh. Selain menunggu tanpa ada kepastian dari KPU. Hal ini menjadi kondisi yang sangat mengkwatirkan bagi mahasiswa yang belajar di Perguruan Tinggi Swasta Terbesar di Kota Jambi.
Apakah kita diam ketika situasi sudah seperti ini? Apa Mahasiswa hanya seperti Siswa yang hanya belajar, bermain mencari kesenangan diri sendiri tanpa melihat situasi kondisi yang sangat memprihatinkan ini. Bukannya mahasiswa itu kaum intelektual yang berpikir tentang suatu berubahan lebih baik.
Mahasiswa bisa dibilang bagian penting untuk memperjuangkan rakyat, karena mahasiswa bagian sentral dengan idealisme dan belum ternodai oleh pihak-pihak yang mempunyai kepentingan. Jangan berpikir mahasiswa hanya belajar dalam ruangan yang sempit, tanpa melihat kondisi yang mengkwatirkan saat ini.
Komandan UKM KSR-PMI UPT Oktaricha Hardianti Utami mengatakan, bahwa perpanjangan SK itu tidak ada kejelasan sama sekali, emang mau sampai kapan SK itu di Perpanjang sampai Corona ini berakhir ?
Ia pernah komunikasi dengan Presma melalui Chat Whatsapp dalam beberapa hari dan membuatnya kesal terlalu slow respon yang sangat lambat.
“Ia pernah mengirim pesan melalui Chat Wahtsapp hanya di read saja dan di telpon beberapa kali tidak di jawab,” keluh Ica saat dihubungi crew patriotik, Sabtu (22/08).
Dengan hasil kekecewaan membuatnya emosi, ketika setiap kegiatan harus membutuhkan tanda tangan Presma dengan masa jabatan sudah abis tanpa memberi mandat kepada bawahannya.
“Jangan sok-sokan sibuk! Aku ini lebih dari kerjo. Dak pulak gitu” kesalnya.
Memang menjabat sebagai Presma tuh sibuk tapi cobalah di prioritaskan yang penting untuk buat acara di kampus Unbari khsusnya teman-teman UKM. Setidaknya balas lagi sibuk, itu tidak pula susah padahal lagi online.
“Ringam aku, kurang menghargai orang yang dibawahnya padahal Presma dan Ketua di UKM itu setara.” Kata Ica.
Hal senada juga di sampaikan, Ketua UKM Seni dan Budaya Aek Ngalir, Reynaldi Putra, tidak ada kejelasan dari status Presma karena dilihat sudah abisnya masa jabatan awal tahun 2020 ini. Tetapi kita lembaga selalu masih berurusan dengan Presma dalam hal meminta tanda tangan untuk melakukan kegiatan.
“Tapi sampai hari ini surat secara legalitas belum ada masuk ke sekretariat kami mengenai perpanjangan SK tersebut,” jelas Reynaldi.
Lanjutnya, dengan kondisi seperti ini kita secara lembaga sulit untuk komunikasi dengan Presma apa lagi dalam melakukan kegiatan kedepannya.
“Kalau gitu lebih baik jabatan Presma di Pelaksana Tugas (Plt) kan biar kita secara lembaga atau roda organisasi di Unbari agar bisa berjalan atau bertanggung jawab untuk mengantarkan ke Pemira secara online,” ungkapnya.
Salah satu mahasiswa di Unbari mengatakan, seharusnya Arbi tidak lagi menjabat sebagai Presma di Unbari dikarenakan jabatannya sebagai presma sudah habis.
“Seharusnya dia tidak lagi sebagai presma, tapi dia masih mengaku sebagai presma dan sudah seharusnya ini di Plt kan,” ujar Gaek.
Mahasiswa Fakultas Hukum Pratama Willyanto menyampaikan, karena masa jabatan Presma sudah selesai, sebenarnya harus ada pemilihan lagi. Tapi melihat kondisi sekarang lagi Corona lebih baiknya di Plt kan.
“Jangan sampai pemegang kekuasaan di kampus Unbari itu bersifat monarki, yah harus Demokrasi lah,” kata Willy.
Sampai berita ini ditayangkan oleh Patriotik.co kami sudah mencoba meminta tanggapan dari Majelis Perwakilan Mahasiswa mengenai hal tersebut, tapi tidak ada respon sama sekali.
(Titin Afriliani)
Discussion about this post