Ku seduh secangkir kopi yang ada di hadapanku
Terbayang saat sosok itu masih di sebelahku
Tapi nyatanya senyum getir yang malah menemaniku
Ku seduh secangkir kopi sekali lagi
Sambil menikmati pahitnya kopi yang entah mengapa tak terasa manis sama sekali
Semuanya semakin tak terasa, seolah-olah hal ini mewakili apa yang aku rasa
Hujan pun tampak turun mengguyur basah jalanan yang semakin sepi
Aku hanya bisa menatap lurus ke depan di tengah waktu yang membisu
Menahan gejolak hati yang terus menuntut untuk berhenti merindu
Tapi yang bisa kulakukan hanyalah helaan napas secara perlahan
Aku menyerah
Tak mampu melawan rasa rindu yang tak pernah enyah
Ingin rasanya kembali ke waktu yang sudah berlalu kala itu
Kau duduk di sini, di sebelahku seraya menggenggam erat jari-jariku
Berbicara banyak hal yang diiringi canda tawa antara kau dan aku
Tapi sayangnya, semua itu hanyalah ilusi bagiku
(Kuala Tungkal, Selasa 03 Desember 2019)
Penulis Nurmayanti Mahasiswi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal
Discussion about this post